JAKARTA, JUMAT - Seekor ikan yang ditemukan di perairan Ambon sangat
aneh karena memiliki mata seperti manusia. Tidak seperti ikan lainnya,
kedua matanya menghadap ke depan di permukan mukanya yang rata.
Sirip
punggung, sirip ekor, dan sirip bawah dilapisi kulit yang lembut dan
tipis yang bergaris-garis coklat muda dan putih. Hewan seukuran
genggaman tangan manusia ini sangat luwes menyelinap di antara celah
karang sehingga jarang ditemui.
Secara umum ikan tersebut
dikelompokkan sebagai ikan penjerat (anglerfish) atau ikan katak
(frogfish) yang suka berdiam di satu tempat dan memancing mangsanya
datang. Namun, sosoknya yang aneh tak dijumpai dalam literatur ikan
manapun. Ikan tersebut ditemukan pertama kali oleh pemandu selam Toby
Fadilsyair lima belas tahun lalu. Namun, sampai sekarang proses
identifikasi terhadap ikan tersebut belum pernah dilakukan karena
sulitnya merekamnya dari dekat.
Beruntung, pada Januari 2008
lalu, penyelam Mark Snyder dari Maluku Divers berhasil memotret seekor
di antaranya dari dekat dan dari berbagai sudut. Foto-foto tersebut
kemudian dikirim kepada Profesor Theodore Pietsch, pakar ikan dari
Sekolah Kelautan dan Ilmu Perikanan Universitas Washington untuk
diidentifikasi.
"Begitu saya melihat foto tersebut, saya tahu
bahwa ia jenis anglerfish karena sirip-sirip di sisi badannya yang
mirip kaki," ujar Pietsch. Sirip yang khas ini berfungsi untuk membantu
ikan tersebut merayap di dasar laut daripada berenang untuk berpindah
ke tempat lain. Namun, tidak seperti ikan penjebak umumnya, ia tak
memiliki semacam pancing di atas kepalanya untuk menarik perhatian
mangsa.
Mukanya yang rata dan dua mata yang menghadap ke depan
membuatnya kaget karena tidak pernah ditemuinya selama 40 tahun
mempelajari karakteristik ikan. Kebanyakan ikan memiliki mata yang
menghadap ke kanan dan kiri badannya. Sepasang mata yang menghadap ke
depan membuat ikan tersebut memiliki kemampuan melihat secara binokuler
layaknya manusia. Sepasang mata yang melihat objek sama seperti ini
sangat berguna karena dapat menentukan jarak objek di depannya dengan
lebih tepat.
Meski bukti-bukti cukup kuat, perlu identifikasi
langsung baik secara moefologi maupun tes DNA untuk memastikan apakah
ikan ini dapat dimasukkan sebagai kelompok tersendiri. Sejauh ini para
ilmuwan telah mengelompokkan ikan-ikan penjerat ke dalam 18 familia dan
Pietsch yakin ikan ini masuk ke dalam familia ke-19. Untuk
mengungkapnya, Pietsch telah mendapat sokongan dari lembaga riset AS
National Sience Foundation.(AP/LIVESCIENCE/WAH)
aneh karena memiliki mata seperti manusia. Tidak seperti ikan lainnya,
kedua matanya menghadap ke depan di permukan mukanya yang rata.
Sirip
punggung, sirip ekor, dan sirip bawah dilapisi kulit yang lembut dan
tipis yang bergaris-garis coklat muda dan putih. Hewan seukuran
genggaman tangan manusia ini sangat luwes menyelinap di antara celah
karang sehingga jarang ditemui.
Secara umum ikan tersebut
dikelompokkan sebagai ikan penjerat (anglerfish) atau ikan katak
(frogfish) yang suka berdiam di satu tempat dan memancing mangsanya
datang. Namun, sosoknya yang aneh tak dijumpai dalam literatur ikan
manapun. Ikan tersebut ditemukan pertama kali oleh pemandu selam Toby
Fadilsyair lima belas tahun lalu. Namun, sampai sekarang proses
identifikasi terhadap ikan tersebut belum pernah dilakukan karena
sulitnya merekamnya dari dekat.
Beruntung, pada Januari 2008
lalu, penyelam Mark Snyder dari Maluku Divers berhasil memotret seekor
di antaranya dari dekat dan dari berbagai sudut. Foto-foto tersebut
kemudian dikirim kepada Profesor Theodore Pietsch, pakar ikan dari
Sekolah Kelautan dan Ilmu Perikanan Universitas Washington untuk
diidentifikasi.
"Begitu saya melihat foto tersebut, saya tahu
bahwa ia jenis anglerfish karena sirip-sirip di sisi badannya yang
mirip kaki," ujar Pietsch. Sirip yang khas ini berfungsi untuk membantu
ikan tersebut merayap di dasar laut daripada berenang untuk berpindah
ke tempat lain. Namun, tidak seperti ikan penjebak umumnya, ia tak
memiliki semacam pancing di atas kepalanya untuk menarik perhatian
mangsa.
Mukanya yang rata dan dua mata yang menghadap ke depan
membuatnya kaget karena tidak pernah ditemuinya selama 40 tahun
mempelajari karakteristik ikan. Kebanyakan ikan memiliki mata yang
menghadap ke kanan dan kiri badannya. Sepasang mata yang menghadap ke
depan membuat ikan tersebut memiliki kemampuan melihat secara binokuler
layaknya manusia. Sepasang mata yang melihat objek sama seperti ini
sangat berguna karena dapat menentukan jarak objek di depannya dengan
lebih tepat.
Meski bukti-bukti cukup kuat, perlu identifikasi
langsung baik secara moefologi maupun tes DNA untuk memastikan apakah
ikan ini dapat dimasukkan sebagai kelompok tersendiri. Sejauh ini para
ilmuwan telah mengelompokkan ikan-ikan penjerat ke dalam 18 familia dan
Pietsch yakin ikan ini masuk ke dalam familia ke-19. Untuk
mengungkapnya, Pietsch telah mendapat sokongan dari lembaga riset AS
National Sience Foundation.(AP/LIVESCIENCE/WAH)